Namaku Yuniawati, biasa dipanggil Yuni. Ketika aku menuliskan ini usiaku menginjak 45 tahun, dimana anak tertuaku sudah menikah dan anak bungsuku sedang menyelesaikan kuliahnya di Harvard University. EHm…keluarga kecil yang bahagia, begitu kata orang. Tidak salah memang namun juga tidak sepenuhnya benar. Percaya atau tidak, aku sama sekali tidak pernah mencintai suamiku, bahkan hingga detik ini. Apakah kami dijodohkan? tentu tidak. Alhamdulillah orang tuaku termasuk orang tua modern yang tidak pernah memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Lalu, mengapa aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai dan bisa bertahan hingga sekarang. Dan Tak hanya itu saja, selama 25 tahun menikah dengannya tak pernah sekalipun aku menduakannya walau itu hanya sekedar niat belaka. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya. Mungkin bila aku menceritakan ini kepada orang lain, takkan pernah ada yang percaya, makanya rahasia ini hanya aku dan Allah yang tahu, bahkan suamiku pun tak pernah tahu tentang hal ini. Menikah dengan orang yang tidak dicintai? Aku juga tidak tahu bagaimana awalnya. Aku hanya beranggapan menikah adalah ibadah. Entah dengan siapapun orangnya (tentu saja yang seakidah), walaupun tak cinta atau cinta akan sama saja hasilnya. Itulah keyakinanku waktu itu. Maka, ketika ada seorang lelaki yg melamarku di usia yang waktu itu masih baru menginjak 20 tahun, aku yakinkan diri untuk bersedia menjadi istrinya, walaupun tanpa cinta. Dan sebelumnya aku juga tidak pernah mengenal dia, entah dia mengenalku dari mana. Bagaimana aku menjalankan tugasku sebagai seorang istri sekaligus ibu? Alhamdulillah semua aku lakukan dengan senang hati. Semua aku lakukan atas dasar ibadah. Itu saja. Rasa kagumku terhadap Rosulku dan keinginan untuk dianggap sebagai umat Beliaulah (karena manusia yg enggan menikah tidak termasuk umat Rosul), yang membuat aku kuat dalam menghadapi berbagai cobaan yang mendera. Apakah hidupku baik2 saja dan bahagia? Jangan tanyakan itu, tentu saja aku bahagia. Kalau tidak, mana mungkin aku bisa bertahan hingga detik ini. Aku bersyukur diberi kesempatan untuk menjadi istrinya. Tidak salah aku memilihnya, karena suamiku adalah suami yang baik dan sholeh. Hingga kini dan nanti aku akan selalu menghormati dan menyayangi dia, namun untuk mencintainya tetap saja tak bisa. Hidupku selama ini juga baik-baik saja. Tak pernah cemburu buta ataupun marah tak berguna. Mungkin itulah keuntungannya bila tidak cinta. Bukankah rasa cinta yang berlebihan akan membuat empunya menderita dan tak tenang hidupnya. Alhamdulillah hingga detik ini aku tak pernah merasakan apa yang dirasakan oleh kebanyakan wanita di muka bumi ini, yaitu cemburu buta yang tak berguna. Alhamdulillah aku bisa melakukan tugasku dengan baik, sebagai istri dan ibu. Alhamdulillah. Hidupku bahagia…